Museum ini memiliki konsep minimalis dengan nuansa perpaduan hijau, merah dan oranye. Digagas pertama kali oleh Kepala Loka Balitbang P2B2 Ciamis, adanya museum ini bukanlah tanpa alasan. Pasalnya Indonesia termasuk negara dengan jenis nyamuk yang beragam, ditambah adanya pemikiran penyakit menular dengan vector nyamuk hingga kini masih menjadi beban bagi sebagian besar negara tropis termasuk Indonesia.
Penyakit-penyakit menular melalui gigitan nyamuk seperti demam berdarah dengue, malaria, filariasis dan chikungunya sifatnya endemik di Indonesia dan telah merenggut korban jiwa. Karena itu, masyarakat Indonesia harus disadarkan akan keberadaan dan bahaya nyamuk. Dengan alasan itulah museum ini hadir untuk memberikan sarana informasi edukatif kepada para pengunjung.
Selain sebagai wisata pendidikan, museum yang berdiri sejak tahun 2009 ini juga berfungsi sebagai sarana penunjang. Diantara fasilitas dan sarana yang bisa ditemui di museum ini mulai dari ruang cinderamata/souvenir hingga insektarium, laboratorium entomologi, parasitologi, farmakologi dan virology, laboratorium uji Insektisida, perpustakaan, tanaman obat anti malaria, Gedung Sinema (teater Nyamuk) berukuran 9x8 meter dengan kapasitas 120 orang, ruang multimedia yang berfungsi untuk proses editing dan dubbing, pusat pelayanan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar